Maret 2022

Mendukung program percepatan Vaksinasi untuk semua,  PDPM (Pemuda Muhammadiyah) Balikpapan, PD Muhammadiyah Balikpapan bekerjasama dengan lembaga nirlaba USAID dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, gelar vaksinasi di Klinik PKU Muhammadiyah Balikpapan. 

Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Pj Sekretaris Daerah Kota Balikpapan Muhaimin, S.T.,M.T, dan dihadiri juga oleh wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Balikpapan Muhamad Yahya Abdar, serta perwakilan MPKU Muhammadiyah Pusat Riki Septiandi, dan Pemuda Muhammadiyah Balikpapan.

Perwakilan MPKU Muhammadiyah Pusat Riki Septiandi menjelaskan kegiatan ini didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dari Rakyat Amerika yang sama-sama bahu membahu menangani pandemi Covid-19. 

“Program pemerintah dalam hal pelaksanaan percepatan cakupan vaksin melalui kegiatan vaksinasi massal yang bekerjasama dengan Muhammadiyah sangat massif sekali dan ditargetkan pula untuk jangkauan wilayah Indonesia Timur dan kepulauan seperti Papua Barat, Palu, Raja Ampat dan daerah lainnya. Hal ini karena Muhammadiyah memiliki SDM. Bekerjasama dengan pemerintah agar pandemi ini segera berlalu dan yang terpenting Pemuda Muhammadiyah terus mempromosikan kesehatan di wilayahnya,” terangnya.

Sedangkan bapak Muhaimin dalam sambutannya mengatakan "Karena ini bukan yang pertama yang dijalankan Muhammadiyah namun sudah kesekian kalinya, bahkan kegiatan vaksin pelajar telah dilaksanakan dalam mendukung Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Balikpapan dengan dukungan dari Muhammadiyah."

Dia berharap dengan angka terkonfirmasi di Kota Balikpapan saat ini semakin landai dan menurun, masyarakat akan terus meningkatkan kesadarannya dalam penerapan Prokes dan melaksanakan vaksin.

“Tentu harus didukung oleh semua pihak agar ikhtiar ini menjadi penyemangat dalam melaksanakan semua kegiatan tanpa harus takut karena daya tahan tubuh dan imun kita semakin kuat. Sehingga kita semua dalam menjalankan bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri semakin khusyuk,” ucapnya.



Meski pakaian sunnah adalah isu lama tapi perkembangan fashion muslim dengan embel-embel syariah terus merangsek naik seiring dengan bisnis digital yang sedang booming. Hijab, gamis, baju yang semua serba syar’i.

Bahkan ada kelompok tertentu yang menganggap pakaiannya lebih nyunnah (sesuai sunnah) dibanding yang lain. Maka mereka berbangga-bangga memamerkan pakaiannya di semua keadaan dan kesempatan sampai terlihat lusuh.

Pakaian memang menunjukkan identitas karena memang lahir dari budaya masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh trend, musim, geografis, fungsi, dan ideologi. Maka tidak heran jika model pakaian suku Eskimo berbeda dengan suku Badui Arab karena perbedaan geografis, iklim dan musim.

Pakaian Jawa berbeda dengan Dayak karena berbeda adat. Baju untuk bekerja di sawah berbeda dengan pegawai bank. Secara teknis kesamaan pakaian tersebut adalah menutupi badan karena berbagai alasan tadi. Secara ideologis sebagai muslim ya menutup aurat.

Lalu bagaimana sebenarnya pakaian Rasulullah saw? Apakah gamis seperti orang Pakistan dan India? Jubah seperti kebanyakan masyarakat Arab?  Ataukah koko seperti kebanyakan orang Cina?

Warna Pakaian Kesukaan Nabi
Jujur, dulu saya menyangka pakaian Rasulullah itu selalu putih dan bermodel Arab. Namun setelah membaca kitab as Syamailul al Muhammadiyah karya Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi ternyata warna dan model pakaian Rasulullah bermacam-macam.

Warna pakaian yang disukai Rasulullah saw adalah merah. Bahkan untuk shalat berjamaah. Para sahabat memuji terlihat sangat tampan dan berkilau ketika mengenakan pakaian warna merah. Namun Rasulullah saw menasihati para sahabat untuk memakai pakaian warna putih karena lebih suci dan lebih baik, juga untuk mengafani mayat.

Rasulullah juga pernah menggunakan selimut warna hijau. Muhammad bin Sirin, sahabat Rasulullah saw menyukai pakaian warna merah tanah. Penutup kepala (surban) Rasulullah saw berwarna hitam. Ada kalanya Rasulullah saw keluar rumah mengenakan pakaian terbuat dari bulu berwarna hitam.

Jenis kain yang disukai adalah katun dari Yaman. Sedangkan model pakaian yang biasa dikenakan bukan jubah seperti orang Arab namun gamis yang berkancing dan berlengan panjang.

Pernah suatu ketika Rasulullah saw mengenakan pakaian jubah Romawi yang lengannya sempit sehingga ketika wudhu harus mengeluarkan tangannya pada lubang di bawah bajunya kemudian shalat dengan pakaian tersebut.

Pada kesempatan lain Rasulullah saw menerima hadiah sepatu berwarna hitam dan jubah dari Raja Najasyi. Beliau memakainya hingga rusak. Sedangkan baju perang Rasulullah saw adalah baju besi yang dilengkapi dengan helm besi pula. Dalam kesehariannya Rasulullah saw suka memakai sarung. Bahkan sampai tampak lusuh saking lamanya dipakai.

Cara berpakaian Rasulullah saw terlihat sangat moderat. Mulai warna, model, dan kegunaan. Meskipun warna merah sangat disukai namun Rasulullah saw juga mau memakai warna lain dan membiarkan sahabatnya menggunakan warna kesukaanya.

Begitu juga dengan model pakaian. Meskipun yang sangat disukai adalah baju gamis namun model Persia dan Najasy juga dipakainya bahkan untuk beribadah.

Pakaian Sunnah
Rasulullah SAW juga tahu situasi dan kondisi dalam berpakaian. Ketika musim dingin memakai model wol dari kulit hewan. Ketika perang -meskipun seorang nabi- tetap memakai pelindung baju besi. Artinya, model pakaian disesuaikan dengan situasi, musim, dan aktivitas yang dilakukan.

Dengan demikian, semua warna dan model pakaian yang dikenakan oleh Rasulullah saw secara substansi terkait kecenderungan pribadi dan kegunaannya adalah sunnah yang mestinya tidak direduksi dengan jenis warna dan model pakaian tertentu apalagi dianggap paling sesuai sunnah.

Kitab-kitab fikih secara umum lebih detail membahas batas aurat sebagai aturan umum. Sedangkan warna dan model pakaian diserahkan pada tradisi dan kecenderungan pribadi kecuali terkait ritual yang ditetapkan seperti kain kafan dan ibadah haji. Meskipun dalam kondisi tertentu warna dan jenis kain kafan juga fleksibel.

Berbagai model pakaian berbasis budaya selama menutup aurat, tidak berlebih-lebihan, dan sopan tentu juga sesuai sunnah. Kiai Dahlan pendiri Muhammadiyah dalam kesehariannya lebih suka memakai pakaian adat Jawa lengkap dengan jarik batik. Sedangkan Kiai Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama lebih sering memakai jubah lengkap dengan surban penutup kepala. Keduanya menampilkan busana yang pada masanya dianggap sopan, baik, dan layak dipakai sebagai seorang tokoh dan panutan.

Trend pakaian syar’i yang secara teknis menutup aurat sebenarnya juga merupakan trend budaya fashion yang mengikuti perkembangan zaman, namun jika berlebih-lebihan, tampak glamour dan sombong, maka terkena batasan israf yang juga dilarang dalam Islam.

Begitu pula sebaliknya memakai pakaian menutup aurat tapi ketat dan menunjukkan lekukan tubuh juga bentuk berlebih-lebihan yang dilarang.

Jadi, jangan suka mengklaim model pakaian tertentu lebih sunnah dari yang lain apalagi hanya mendasarkan para model budaya bangsa lain. Islam lahir bukan hanya untuk bangsa dan suku tertentu tetapi untuk umat manusia seluruh dunia dengan berbagai budaya berbusana yang dimilikinya. Oleh karena itu yang diatur adalah batasan aurat, kepatutan, dan jauh terhindar dari sifat israf. (*)

Penulis: Dr. Aji Damanuri

Sumber: pwmu

Akhir-akhir ini publik Indonesia digemparkan dengan isu keagamaan yang merebak di seluruh penjuru Nusantara. Isu tersebut terkait dengan pengaturan volume pengeras suara masjid dalam mengumandangkan panggilan lima waktu umat Islam. Pengaturan ini setelah dikeluarkannya Surat Edaran atau (SE) Nomor 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushala yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.

Hal ini tentu, memicu keributan mayoritas masyarakat Indonesia yang berada di arus bawah, atas ataupun kelompok masyarakat yang memang mudah di bawa ke sana ke mari oleh isu yang mudah dibolak balikkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Melansir dari Tempo.com (Kamis, 24 Februari 2022) sebagaimana yang disampaikan oleh pihak pelaksana tugas Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Republik Indonesia, Thobin al-Asyar, menyatakan bahwa pemberitaan tentang Menag yang membandingkan toa sebagai pengeras suara azan dan gonggongan anjing sangat tidak tepat.

Mengenai penjelasan Gus Yaqut memberikan contoh sederhana, tidak dalam kontek membandingkan dengan yang lainnya, maka beliau menyebut kata “misal”. Yang dimaksud Gus Yaqut adalah misalkan umat muslim tinggal sebagai minoritas di kawasan tertentu, di mana masyarakatnya memelihara anjing, pasti akan terganggu jika tidak ada toleransi dari tetangga yang memeliharanya”, ujar Gus Yaqut.

Berangkat dari pernyataan Gus Yaqut tersebut muncul polemik yang berkepanjangan, bahkan dalam sisi lain tentu Roy Suryo seorang pakar multimedia sekaligus politik menilai hal tersebut adalah suatu penistaan terhadap agama, khususnya Islam. dengan begitu banyak kelompok Islam yang sepakat dengan apa yang dikatakan Roy Suryo sehingga memunculkan pro dan kontra di masyarakat seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Kalau dilihat dalam perspektif “esoterisme” itu menunjukkan sikap toleransi demi kenyamanan bersama di masyarakat. Apalagi masyarakat urban yang mana hidup di tengah perkotaan yang rumah ibadahnya (masjid) yang relatif berdekatan, sehingga menimbulkan suara kebisingan oleh volume toa yang terlalu kencang, itu secara esoteris.

Tetapi, apakah edaran dari Menag tersebut bisa diterapkan di seluruh Indonesia, mungkin di sebagian tempat tidak bisa diterapkan. Contoh, untuk masyarakat di pedesaan suara toa yang kencang menjadi suara yang syahduh dan dinikmati oleh mereka, tapi untuk masyarakat perkotaan yang di kelilingi oleh rumah ibadah (masjid), ketika suara toa mengeluarkan suara bersamaan dengan volume yang kencang akan sulit bagi mereka untuk menikmatinya. Inilah yang disebut “eksoterisme”.  Yang jelas agama itu mengajarkan dan memerintahkan manusia untuk selalu berbuat baik di dunia, saling mencintai dan menyayangi sesama manusia.

Sebenarnya, tujuan dari pengaturan pengeras suara ini adalah untuk menjaga toleransi umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pasalnya di masyarakat perkotaan hal demikian memang diperlukan demi keberlangsungan kehidupan umat beragama dan bernegara. Tentu pengaturan suara ini tidak akan meluruhkan keimanan seorang terhadap agama dan Tuhannya. Sebab, iman itu pada dasarnya ada pada setiap benak setiap muslim bukan seberapa besar volume pengeras suara yang ada di masjid masing-masing.

Maka sudah seyogyanya, masyarakat menyikapi hal demikian secara bijak. Sebab dasar dari kesemuanya adalah menjunjung tinggi tenggang rasa, menjaga toleransi umat beragama terhadap seluruh anak bangsa. Kita harus pahami bersama bahwa pengaturan volume suara azan ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, sebelumnya di negara muslim juga sudah terlebih dahulu memperlakukan aturan demikian, salah satunya di Mesir, India bahkan di Arab Saudi sendiri.

Di Arab Saudi kita lihat hanya boleh pakai speaker dalam masjid, kepentingan itu hanya untuk azan, salat jumat, salat id, dan minta hujan. Mesir, toa tidak boleh digunakan selama bulan Ramadhan agar ibadah lebih tenang. India, pengeras suara masih ilegal yang dipantau oleh pengadilan tinggi. Pemberlakuan aturan ini tentu karena sifat toleransi terhadap umat beragama lainya. Terlebih ketika berbicara masyarakat urban yang tidak hanya umat Islam yang ada di sana.

Tapi yang menjadi masalah adalah ketika aturan tersebut diperlakukan bagi seluruh masjid dan musalla yang ada di Indonesia. Kita tahu bahwa masyarakat Indonesia bukan hanya masyarakat urban perkotaan. Mereka justru lebih banyak berada di dalam lingkung pedesaan yang ke-Islaman mereka kental dan menguat. Ibadah mereka sudah terbiasa dengan toa dan volume yang keras terlebih sebelum datangnya waktu salat.

Mereka (masyarakat muslim desa) tidak bisa meninggalkan toa sebagai pengeras suara dalam beribadah. Bahkan, kalau kita hidup di kampung-kampung yang notabene religiusnya begitu kental, setiap habis azan mereka akan melantunkan pujian untuk menunggu masyarakat datang ke masjid. Bahkan tidak hanya itu, mereka setelah melakukan salat lima waktu tidak sedikit dan jarang mereka akan melakukan tadarus menggunakan pengeras suara semacam toa. Tentu, seharusnya pengaturan pengeras suara ini harus melihat tempat, adat, dan kebudayaan setempat, tidak menyeluruh.

Muslim pedesaan adalah muslim yang dekat dengan pengeras suara, mereka ketika melaksanakan kegiatan keagamaan sudah bisa dipastikan menggunakan toa,  bahkan tidak hanya di dalam masjid, di kampung-kampung perumahan mereka sewaktu mengadakan kegiatan yang berbau keagamaan dipastikan menggunakan pengeras suara semacam toa. Inilah keber-Islaman mereka, kegiatan keberagamaan mereka tidak bisa dilepaskan dari pengeras suara.

Dengan demikian peraturan pengeras ini secara otomatis akan memunculkan pro dan kontra di dalam kedirian umat muslim sendiri. Sebagai wakil pemerintah sudah seharusnya melihat kemaslahatan umat dalam hal ini umat Islam sendiri, dan sebagai umat, kita semua harus bersikap arif dan bijaksana dalam melihat dan menilai SE yang sudah dikeluarkan.

Bahkan yang membuat gaduhan terkait pernyataan Menag soal azan yang dibandingkan dengan suara hewan seperti yang sudah dipaparkan di atas. Dalam hal ini seharusnya kita terlebih dulu tabayyun dan tidak mengedepankan emosi karena kita paham tidak mungkin seorang Gus Menag dengan sengaja membandingkan suara azan dengan suara gonggongan anjing. Sebab Gus Men adalah seorang muslim, santri dan berasal dari keluarga pesantren.

Maka sudah saatnya kita masyarakat Indonesia berpikir secara arif dan bijaksana. Mari mengedepankan narasi-narasi yang bijak dan positif terkait dengan SE pengaturan suara azan. Sudah saatnya kita menjaga kerukunan umat beragama, berbangsa, dan bernegara, menjaga hidup rukun, damai, dan menjunjung tinggi kebinekaan yang sudah ditorehkan oleh para pendiri bangsa. Itu lebih arif dan bijaksana dibandingkan kita selalu beradu argumen hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Penulis: Dr. Riki Saputra, MA


WAKTU terasa begitu cepat. Situasi berubah terbalik. 12.000 pasukan elit dari Chechnya berbaris di alun-alun utama kota Grozny, Ibu Kota Republik Chechnya. Dengan peralatan perang lengkap mereka menunjukkan kesiapan berperang membela Rusia untuk memerangi Ukraina.

Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, menyebut pasukan elit berseragam hitam -mirip seragam Brimob- itu sedang menunggu perintah Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin. Barisan pasukan Chechnya ini juga untuk menunjukkan dukungan kepada Kremlin, istana Putin.

Keikutsertaan Ramzan di barisan Putin menyerang Ukraina menjadi tanda tanya besar. Mengingat banyaknya kejahatan Rusia kepada negara Islam, salah satunya kejahatan dalam konflik di Suriah.

Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) dalam laporan tahun 2019 mengatakan, rezim Rusia telah membunuh 6.686 warga sipil di Suriah, termasuk 1.928 anak-anak, sejak dimulainya intervensi militer mereka di negeri itu tahun 2011.

Mesin Perang Putin
Republik Chechnya adalah Republik etnis di Kaukasus Utara, dekat dengan Laut Kaspia. Republik ini memiliki populasi yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 juta jiwa. Pertumbuhan demografis alaminya sangat penting dalam konteks militer.

Rusia memiliki masalah dengan populasinya. Data dari dari badan statistik Rosstat menyebut populasi Rusia menurun lebih dari satu jiwa pada 2021. Krisis demografi ini karena Jumlah kelahiran per wanita mencapai sekitar 1,5, jauh di bawah minimal 2,1 yang diperlukan untuk memperbarui populasi.

Dengan masalah populasi yang menurun dan tingkat kelahiran rendah yang dialami Rusia, membuat Republik Chechnya yang tunduk kepada Kremlin menjadi wilayah penting. Khusus sebagai penyedia  pasokan tetap laki-laki muda untuk dikirim ke medan perang.

Putin tidak perlu terlalu khawatir dengan pasukannya yang ia korbankan di medan laga. Mungkin karena pejuang Chechnya yang terbunuh atas nama Rusia bukanlah dari etnis Rusia.

Tentu dengan banyaknya yang gugur dari tentara Chechnya, Putin dapat menurunkan potensi pemberontakan melawan Rusia yang bisa saja dilakukan oleh pemuda Chechnya ini di masa depan. Apalagi dalam rentang sejarah panjang hubungan Rusia-Chechnya; perlawanan sering menyala.

Kesiapan tentara Republik Chechnya menerima tugas perang dari Putin ini memiliki banyak asumsi. Banyak yang mengira hal ini karena Rusia berhasil menang perang di penghujung perang Chechnya Kedua pada tahun 2000.

Karena Chechnya sudah menjadi negara anggora Federasi Rusia, maka dengan demikian pasukan Chechnya adalah tentara tetap Rusia asal Chechnya. Namun hubungan Putin-Ramzan lebih dari itu.

Ramzan sering menggambarkan dirinya sebagai ‘prajurit’ Putin. Di lingkaran ring utama Kremlin, Ramzan menjadi salah satu orang penting. Kesetiaan Ramzan mempunyai sejarah panjang. Termasuk kursi Presiden Chechnya yang ia duduki sejak tahun 2007 saat ia tepat berusia 30 tahun.


Bagaimana Klan Kadyrov Berkuasa?
Sekitar 20 tahun yang lalu, bangsa Chechnya bertempur mati-matian dan berjuang melawan Rusia. Sebagai saksi sejarah perjuangan melawan Rusia, Kota Grozny pernah hancur sehancur-hancurnya.

Seluruh sudut kota Grozny rata menjadi kota mati yang hanya menyisakan puing-puing. Pada 2003, PBB menyebut Grozny sebagai kota yang paling hancur di dunia.

Menurut laporan, pejabat pro-Rusia mengaku bahwa selama perang dengan Rusia  –antara tahun tahun 1994-1996 dan 1999-2000– lebih dari 200.000 pejuang Cechnya dan warga telah gugur, dan dalam jangka waktu yang sama lebih dari 20.000 anak-anak telah meninggal dan puluhan ribu lainnya menjadi yatim piatu.

Pada perang ini, pejuang Chechnya berhasil memukul mundur Rusia. Walaupun memiliki keunggulan luar biasa, akhirnya pemerintah Boris Yeltsin mengumumkan gencatan senjata pada 1996 dan sebuah perjanjian damai pada 1997.

Perang berakhir dengan perjanjian damai berumur pendek yang dibuat antara para pemimpin Moskow dan Chechnya. Tahun 1999, Rusia menginvasi Grozny, ibu kota Chechnya, dalam upaya untuk merebut kembali kekuasaan atas negara tersebut.

Tahun 2003, sebuah konstitusi baru disetujui yang menyerahkan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah Chechnya tetapi tetap harus tetap menjadi republik di Federasi Rusia.  Pada musim gugur 1999, Akhmat Kadyrov, tokoh terkemuka dalam gerakan perlawanan, yang juga ayah Ramzan – memutuskan untuk meninggalkan pejuang dan mendukung pasukan federal Rusia dalam Perang Chechnya Kedua.

Keputusan ini membuat Aslan Maskhadov segera memecatnya dari kursi Ketua Mufti. Akhmat Kadyrov menghianati bangsanya untuk memilih menyatakan kesetiaannya kepada Federal Rusia. Ia bahkan membuat melegatimasi dengan menuduh sebagian besar pejuang Chechnya adalah Wahabi, Salafi Jihadi.

Setelah membelot pada Rusia, Akhmat, bekerjasama dengan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB).  Anaknya Ramzan yang masih muda ditugaskan untuk memimpin pasukan elit dengan dukungan dari FSB.

FSB adalah badan keamanan utama Rusia dan merupakan lanjutan dari badan intelejen Uni Soviet (KGB). Tugasnya adalah memerangi para pejuang yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia dan memata-matai musuh. Secara rutin FSB bekerja sama dengan kepolisian asing dalam memerangi pejuang kemerdekaan di wilayahn Putin.

Pada era 1990-an dan awal 2000-an, FSB mengerahkan sumber daya mereka guna memerangi pejuang Chechnya. Pada 2002, FSB terlibat dalam pembunuhan salah satu komandan pejuang Chechnya Khattab lewat surat yang mengandung racun.

Selama perang Chechnya pertama dan kedua ada banyak jaringan mujahidin internasional yang berpartisipasi melawan serbuan Rusia, mereka inilah yang dianggap Akhmat bahayanya sama dengan Rusia. Salah satu yang paling terkenal adalah kelompok Mujahidin Arab Chechnya yang dipimpin oleh Komandan Khattab.

Akhmat Kadyrov juga diangkat sebagai kepala administrasi Republik Chechnya oleh Vladimir Putin. Ia memimpin kantor transisi sementara sampai Konstitusi diterapkan, hingga ia diangkat menjadi Presiden pertama Chechnya pada 5 Oktober 2003.

Jatuhnya Chechnya ke pangkuan Rusia dalam perang Chechnya kedua juga menjadi batu loncatan bagi putin mendapatkan kursi kepresidenan Rusia. Putin dikukuhkan sebagai Perdana Menteri pada 16 Agustus 1999. Pada saat itu Presiden Boris Yeltsin memilihnya sebagai penerus dan mengendalikan FSB sebagai lembaga intelejen negara.

Awalnya rencana Putin untuk menjadi Presiden Rusia terhalang popularitasnya yang rendah. Sebelum pemilu Putin nyaris tidak diketahui masyakat umum. Tingkat keterpilihannya hanya antara 3-4% karena masyarakat tidak mengenali wajahnya.

Karena itu Putin menkonsolidasikan kekuatan citranya melalui perang Chechnya Kedua.  Dalam perjalanan perang, ia membangun citranya sebagai pemimpin militer pemenang yang tangguh. Dan opini publik Rusia menyukai pemimpin militer yang menang.

Akhmat Kadyrov tewas pada 9 Mei 2004 oleh sebuah bom saat menyaksikan parade Hari Kemenangan Soviet, untuk memperingati kemenangan Soviet atas Jerman pada perang dunia I. Setelah ia terbunuh, Ramzan diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri pertama Chechnya.

Karena syarat berumur 30 tahun untuk menjadi presiden, membuat Ramzan baru bisa jadi Presiden Chechnya pada 15 Februari 2007, tiga tahun kemudian. Republik Chechnya sejak awal didesain dengan bentuk monarki dengan mengagungkan keluarga Kadyrov.

Ayah Ramzan, Akhmat begitu dikultuskan. Hal ini bisa dilihat saat barisan prajurit Chechnya yang membawa bendera Chechnya bergambar Akhmat Kadyrov bersama bendera Rusia.

Dalam video baru yang viral pun, saat prajurit Chechnya  menguasai pangkalan militer Ukraina. Bendera yang dibawa untuk dikibarkan di gerbang gedung militer yang dikuasai adalah bendera yang terlukis wajah Akhmat Kadyrov.

Fitnah Akhir Zaman
Kesetiaan Ramzan pada Putin sama besar dengan ayahnya. Khususnya dalam membasmi sisa-sisa mujahidin pejuang Chechnya dan sekitarnya dilakukan dengan baik olehnya. Pada 2014, Ramzan mengirim pasukan khusus ke Ukraina untuk menghantam milisi separatis Donbass.

Pada 2015 ia menawarkan jasanya ke Putin untuk membantu rezim Assad di Suriah dalam invasi total Rusia yang merenggut banyak korban jiwa. Bahkan saat militer Turki menembak jatuh Sukohi Su-24 Rusia di perbatasan Turki-Suriah, Ramzan memberi peringatan berupa ancaman kepada Erdogan.

Ramzan memposting video di media sosialnya. Ia berjanji bahwa Turki akan “menyesal apa yang telah dilakukan untuk waktu yang sangat lama”. Dia menambahkan, “Mereka yang mengambil setiap kesempatan untuk berbicara tentang persahabatan dan kerja sama tidak harus bertindak begitu licik.”

Ramzan juga terkenal sebagai selebgram. Akun instagramnya sebelum dihapus oleh Facebook @Kadyrov_95 pernah berpengikut 2,8 juta user, lebih dari dua kali lipat penduduk Chechnya. Pada Januari 2016, jumlah penduduk Chechnya dilaporkan mencapai 1.395.678 jiwa.

Tahun 2016, media Rusia memberitakan Ramzan Kadyrov, mengatakan bahwa pasukan di provinsi Rusia akan dengan senang hati memerangi “sampah” di Suriah jika mereka menerima perintah Kremlin. Komentar Ramzan dibuat setelah media Rusia melaporkan bahwa dua batalyon polisi militer dari Chechnya bersiap berangkat ke Suriah untuk melindungi pangkalan udara Rusia di sana.

Namun di waktu berbeda, Ramzan membantah keterlibatan warganya dalam kisruh perang saudara di Suriah. “Rakyat Chechnya tidak ada yang ikut terlibat perang di Suriah,” katanya sebagaimana warta Interfax.

Tak cuma membantah Ramzan juga menuding kalau media Barat serta sejumlah organisasi berita lokal sebagai penyebar rumor tak sedap itu. “Informasi itu menyesatkan,” ujar Ramzan menegaskan.

Bagaimanapun, Perang Rusia – Ukraina –wabil khusus keterlibatan Ramzan— tidak bisa kita pahami secara sederhana. Bagi orang beriman, ini harus diyakini sebagai bagian tanda-tanda akhir zaman, yang penuh fitnah.

Kita semua juga belum mengerti, apa sesungguhnya di balik ini.  Apakah ini juga bagian dari rancangan permainan negara Barat seperti AS dengan Rusia itu sendiri.

Bahkan yang mengkhawatirkan, (semoga ini tidak terjadi), jika pasukan Cechnya kelak dibenturkan dengan saudaranya sendiri, misalnya melawan negeri-negeri Muslim. Inilah fitnah dan kita memohon pada Allah dijauhkan dari semua itu. Wallahu a’lam.*

Penulis: Rofi Munawwar

Sumber: Hidayatullah

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.