WAKTU terasa begitu cepat. Situasi berubah terbalik. 12.000 pasukan elit dari Chechnya berbaris di alun-alun utama kota Grozny, Ibu Kota Republik Chechnya. Dengan peralatan perang lengkap mereka menunjukkan kesiapan berperang membela Rusia untuk memerangi Ukraina.
Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, menyebut pasukan elit berseragam hitam -mirip seragam Brimob- itu sedang menunggu perintah Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin. Barisan pasukan Chechnya ini juga untuk menunjukkan dukungan kepada Kremlin, istana Putin.
Keikutsertaan Ramzan di barisan Putin menyerang Ukraina menjadi tanda tanya besar. Mengingat banyaknya kejahatan Rusia kepada negara Islam, salah satunya kejahatan dalam konflik di Suriah.
Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) dalam laporan tahun 2019 mengatakan, rezim Rusia telah membunuh 6.686 warga sipil di Suriah, termasuk 1.928 anak-anak, sejak dimulainya intervensi militer mereka di negeri itu tahun 2011.
Mesin Perang Putin
Republik Chechnya adalah Republik etnis di Kaukasus Utara, dekat dengan Laut Kaspia. Republik ini memiliki populasi yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 juta jiwa. Pertumbuhan demografis alaminya sangat penting dalam konteks militer.
Rusia memiliki masalah dengan populasinya. Data dari dari badan statistik Rosstat menyebut populasi Rusia menurun lebih dari satu jiwa pada 2021. Krisis demografi ini karena Jumlah kelahiran per wanita mencapai sekitar 1,5, jauh di bawah minimal 2,1 yang diperlukan untuk memperbarui populasi.
Dengan masalah populasi yang menurun dan tingkat kelahiran rendah yang dialami Rusia, membuat Republik Chechnya yang tunduk kepada Kremlin menjadi wilayah penting. Khusus sebagai penyedia pasokan tetap laki-laki muda untuk dikirim ke medan perang.
Putin tidak perlu terlalu khawatir dengan pasukannya yang ia korbankan di medan laga. Mungkin karena pejuang Chechnya yang terbunuh atas nama Rusia bukanlah dari etnis Rusia.
Tentu dengan banyaknya yang gugur dari tentara Chechnya, Putin dapat menurunkan potensi pemberontakan melawan Rusia yang bisa saja dilakukan oleh pemuda Chechnya ini di masa depan. Apalagi dalam rentang sejarah panjang hubungan Rusia-Chechnya; perlawanan sering menyala.
Kesiapan tentara Republik Chechnya menerima tugas perang dari Putin ini memiliki banyak asumsi. Banyak yang mengira hal ini karena Rusia berhasil menang perang di penghujung perang Chechnya Kedua pada tahun 2000.
Karena Chechnya sudah menjadi negara anggora Federasi Rusia, maka dengan demikian pasukan Chechnya adalah tentara tetap Rusia asal Chechnya. Namun hubungan Putin-Ramzan lebih dari itu.
Ramzan sering menggambarkan dirinya sebagai ‘prajurit’ Putin. Di lingkaran ring utama Kremlin, Ramzan menjadi salah satu orang penting. Kesetiaan Ramzan mempunyai sejarah panjang. Termasuk kursi Presiden Chechnya yang ia duduki sejak tahun 2007 saat ia tepat berusia 30 tahun.
Bagaimana Klan Kadyrov Berkuasa?
Sekitar 20 tahun yang lalu, bangsa Chechnya bertempur mati-matian dan berjuang melawan Rusia. Sebagai saksi sejarah perjuangan melawan Rusia, Kota Grozny pernah hancur sehancur-hancurnya.
Seluruh sudut kota Grozny rata menjadi kota mati yang hanya menyisakan puing-puing. Pada 2003, PBB menyebut Grozny sebagai kota yang paling hancur di dunia.
Menurut laporan, pejabat pro-Rusia mengaku bahwa selama perang dengan Rusia –antara tahun tahun 1994-1996 dan 1999-2000– lebih dari 200.000 pejuang Cechnya dan warga telah gugur, dan dalam jangka waktu yang sama lebih dari 20.000 anak-anak telah meninggal dan puluhan ribu lainnya menjadi yatim piatu.
Pada perang ini, pejuang Chechnya berhasil memukul mundur Rusia. Walaupun memiliki keunggulan luar biasa, akhirnya pemerintah Boris Yeltsin mengumumkan gencatan senjata pada 1996 dan sebuah perjanjian damai pada 1997.
Perang berakhir dengan perjanjian damai berumur pendek yang dibuat antara para pemimpin Moskow dan Chechnya. Tahun 1999, Rusia menginvasi Grozny, ibu kota Chechnya, dalam upaya untuk merebut kembali kekuasaan atas negara tersebut.
Tahun 2003, sebuah konstitusi baru disetujui yang menyerahkan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah Chechnya tetapi tetap harus tetap menjadi republik di Federasi Rusia. Pada musim gugur 1999, Akhmat Kadyrov, tokoh terkemuka dalam gerakan perlawanan, yang juga ayah Ramzan – memutuskan untuk meninggalkan pejuang dan mendukung pasukan federal Rusia dalam Perang Chechnya Kedua.
Keputusan ini membuat Aslan Maskhadov segera memecatnya dari kursi Ketua Mufti. Akhmat Kadyrov menghianati bangsanya untuk memilih menyatakan kesetiaannya kepada Federal Rusia. Ia bahkan membuat melegatimasi dengan menuduh sebagian besar pejuang Chechnya adalah Wahabi, Salafi Jihadi.
Setelah membelot pada Rusia, Akhmat, bekerjasama dengan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB). Anaknya Ramzan yang masih muda ditugaskan untuk memimpin pasukan elit dengan dukungan dari FSB.
FSB adalah badan keamanan utama Rusia dan merupakan lanjutan dari badan intelejen Uni Soviet (KGB). Tugasnya adalah memerangi para pejuang yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia dan memata-matai musuh. Secara rutin FSB bekerja sama dengan kepolisian asing dalam memerangi pejuang kemerdekaan di wilayahn Putin.
Pada era 1990-an dan awal 2000-an, FSB mengerahkan sumber daya mereka guna memerangi pejuang Chechnya. Pada 2002, FSB terlibat dalam pembunuhan salah satu komandan pejuang Chechnya Khattab lewat surat yang mengandung racun.
Selama perang Chechnya pertama dan kedua ada banyak jaringan mujahidin internasional yang berpartisipasi melawan serbuan Rusia, mereka inilah yang dianggap Akhmat bahayanya sama dengan Rusia. Salah satu yang paling terkenal adalah kelompok Mujahidin Arab Chechnya yang dipimpin oleh Komandan Khattab.
Akhmat Kadyrov juga diangkat sebagai kepala administrasi Republik Chechnya oleh Vladimir Putin. Ia memimpin kantor transisi sementara sampai Konstitusi diterapkan, hingga ia diangkat menjadi Presiden pertama Chechnya pada 5 Oktober 2003.
Jatuhnya Chechnya ke pangkuan Rusia dalam perang Chechnya kedua juga menjadi batu loncatan bagi putin mendapatkan kursi kepresidenan Rusia. Putin dikukuhkan sebagai Perdana Menteri pada 16 Agustus 1999. Pada saat itu Presiden Boris Yeltsin memilihnya sebagai penerus dan mengendalikan FSB sebagai lembaga intelejen negara.
Awalnya rencana Putin untuk menjadi Presiden Rusia terhalang popularitasnya yang rendah. Sebelum pemilu Putin nyaris tidak diketahui masyakat umum. Tingkat keterpilihannya hanya antara 3-4% karena masyarakat tidak mengenali wajahnya.
Karena itu Putin menkonsolidasikan kekuatan citranya melalui perang Chechnya Kedua. Dalam perjalanan perang, ia membangun citranya sebagai pemimpin militer pemenang yang tangguh. Dan opini publik Rusia menyukai pemimpin militer yang menang.
Akhmat Kadyrov tewas pada 9 Mei 2004 oleh sebuah bom saat menyaksikan parade Hari Kemenangan Soviet, untuk memperingati kemenangan Soviet atas Jerman pada perang dunia I. Setelah ia terbunuh, Ramzan diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri pertama Chechnya.
Karena syarat berumur 30 tahun untuk menjadi presiden, membuat Ramzan baru bisa jadi Presiden Chechnya pada 15 Februari 2007, tiga tahun kemudian. Republik Chechnya sejak awal didesain dengan bentuk monarki dengan mengagungkan keluarga Kadyrov.
Ayah Ramzan, Akhmat begitu dikultuskan. Hal ini bisa dilihat saat barisan prajurit Chechnya yang membawa bendera Chechnya bergambar Akhmat Kadyrov bersama bendera Rusia.
Dalam video baru yang viral pun, saat prajurit Chechnya menguasai pangkalan militer Ukraina. Bendera yang dibawa untuk dikibarkan di gerbang gedung militer yang dikuasai adalah bendera yang terlukis wajah Akhmat Kadyrov.
Fitnah Akhir Zaman
Kesetiaan Ramzan pada Putin sama besar dengan ayahnya. Khususnya dalam membasmi sisa-sisa mujahidin pejuang Chechnya dan sekitarnya dilakukan dengan baik olehnya. Pada 2014, Ramzan mengirim pasukan khusus ke Ukraina untuk menghantam milisi separatis Donbass.
Pada 2015 ia menawarkan jasanya ke Putin untuk membantu rezim Assad di Suriah dalam invasi total Rusia yang merenggut banyak korban jiwa. Bahkan saat militer Turki menembak jatuh Sukohi Su-24 Rusia di perbatasan Turki-Suriah, Ramzan memberi peringatan berupa ancaman kepada Erdogan.
Ramzan memposting video di media sosialnya. Ia berjanji bahwa Turki akan “menyesal apa yang telah dilakukan untuk waktu yang sangat lama”. Dia menambahkan, “Mereka yang mengambil setiap kesempatan untuk berbicara tentang persahabatan dan kerja sama tidak harus bertindak begitu licik.”
Ramzan juga terkenal sebagai selebgram. Akun instagramnya sebelum dihapus oleh Facebook @Kadyrov_95 pernah berpengikut 2,8 juta user, lebih dari dua kali lipat penduduk Chechnya. Pada Januari 2016, jumlah penduduk Chechnya dilaporkan mencapai 1.395.678 jiwa.
Tahun 2016, media Rusia memberitakan Ramzan Kadyrov, mengatakan bahwa pasukan di provinsi Rusia akan dengan senang hati memerangi “sampah” di Suriah jika mereka menerima perintah Kremlin. Komentar Ramzan dibuat setelah media Rusia melaporkan bahwa dua batalyon polisi militer dari Chechnya bersiap berangkat ke Suriah untuk melindungi pangkalan udara Rusia di sana.
Namun di waktu berbeda, Ramzan membantah keterlibatan warganya dalam kisruh perang saudara di Suriah. “Rakyat Chechnya tidak ada yang ikut terlibat perang di Suriah,” katanya sebagaimana warta Interfax.
Tak cuma membantah Ramzan juga menuding kalau media Barat serta sejumlah organisasi berita lokal sebagai penyebar rumor tak sedap itu. “Informasi itu menyesatkan,” ujar Ramzan menegaskan.
Bagaimanapun, Perang Rusia – Ukraina –wabil khusus keterlibatan Ramzan— tidak bisa kita pahami secara sederhana. Bagi orang beriman, ini harus diyakini sebagai bagian tanda-tanda akhir zaman, yang penuh fitnah.
Kita semua juga belum mengerti, apa sesungguhnya di balik ini. Apakah ini juga bagian dari rancangan permainan negara Barat seperti AS dengan Rusia itu sendiri.
Bahkan yang mengkhawatirkan, (semoga ini tidak terjadi), jika pasukan Cechnya kelak dibenturkan dengan saudaranya sendiri, misalnya melawan negeri-negeri Muslim. Inilah fitnah dan kita memohon pada Allah dijauhkan dari semua itu. Wallahu a’lam.*
Penulis: Rofi Munawwar
Sumber: Hidayatullah